Kunci Hati

Dalam raga ada hati, dan dalam hati, ada satu ruang tak bernama. Di tanganmu tergenggam kunci pintunya.

Ruang itu mungil, isinya lebih halus dari serat sutera. Berkata-kata dengan bahasa yang hanya dipahami oleh nurani.

Begitu lemahnya ia berbisik, sampai kadang-kadang engkau tak terusik. Hanya kehadirannya yang terus terasa, dan bila ada apa-apa dengannya duniamu runtuh bagai pelangi meluruh usai gerimis.

Tahukah engkau bahwa cinta yang tersesat adalah pembuta dunia? Sinarnya menyilaukan hingga kau terperangkap, dan hatimu menjadi sasaran sakalinya engkau tersekap. Banyak garis batas memuai begitu engkau terbuai, dan dalam puja kau sedia serahkan segalanya. Kunci kecil itu kau anggap pemberi paling berharga.

Satu garis jangan sampai kau tepis : membuka diri tidak sama dengan menyerahkannya.

Di ruang kecil itu, ada teras untuk tamu. Hanya engkau yang berhak ada di dalam inti hatimu sendiri.

SUAMI IDAMAN KAMI

div>
Suami idaman kami

lautan cintanya pada Rabb Izzati

cinta teragungnya

debar rindunya hanya pada Jannatul Firdaus

tempat kembali yang sangat indah

maka kami adalah yang paling setia

mengiringi hidupnya di dunia ini

Suami idaman kami

hidupnya untuk Islam

setiap detik hidupnya hanya untuk

menegakkan daulah islamiah di bumi Allah

setiap peluh yang menitis hanya kerana

memperjuangkan kelestarian Islam agar terpelihara

maka kami adalah yang paling berbangga

menjadi srikandi kepada seorang yang bergelar mujahid

suami idaman kami

jihadnya untuk Islam

setiap darah yg mengalir

pasti kerana tekad untuk memelihara kesucian Islam

syahidnya kerana Islam

maka kami adalah yang amat beruntung

memiliki kekasih yang gagah sepertinya

suami idaman kami

wajahnya sentiasa dibasahi wudhuk yg sempurna

bibirnya sentiasa dihiasi dengan zikir padaNya

setiap tutur kata bermanfaat buat kami dan semua

maka kami adalah yang paling bahagia

dinaungi seorang yang bijak laksana

suami idaman kami

penglihatannya sentiasa dipelihara

menjauhkan kebatilan dari dirinya

hanya memandang kepada yang hak daripadanya

dia melindungi dan menyayangi

atas rasa tanggungjawab pada amanah yang dianugerahkan

dia menegur dan menasihati

dengan tulus dan ihsan

agar mendapat mardhatillah

maka kami adalah yang paling bertuah

dapat mengasihi seorang mukmin soleh sepertinya

suami idaman kami

berusaha memperelokkan diri

dengan ilmu dan pengetahuan

agar semakin pantas berbicara

agar menjadi da’i yang berhikmah

sentiasa berusaha menghiasi diri dengan untaian taqwa

qiamullail memang tradisinya

solat sunat menjadi kegemarannya

tilawah Quran ibadah kesukaannya

maka kami adalah yang paling beruntung

mendapat bahagian dalam doanya

suami idaman kami

dirimu permata gemilang

yang bakal menyerikan dan mewarnai hidup kami

kami adalah yang paling bersyukur

kerana menjadi permaisuri mahligaimu insya Allah,kami akan menjadi penyokong setiamu

dalam memperjuangkan kalimah Allah di muka bumi ini

kerana dirimu adalah

KEKASIHKU, MUJAHIDKU… ALLOHU AKBAR!!!

 

Sumber

Ya Ukhtiy… Manakah Sosok Pemberanimu Itu?

Ya Ukhtiy… Manakah Sosok Pemberanimu Itu???!!!!

Suatu hari, seorang ikhwan pernah berkata, “Cari akhowat (istri) seperti ‘aisyah itu gampang, banyak di pesantren-pesantren. Tapi cari yang seperti khodijah itu yang susah?”.

Salah seorang ummahat berkomentar sambil becanda, “Ya udah, gak usah nikah aja!”

Hmm…aisyah…khadijah….radliyallahu ‘anhuma..

Memang benar, sepertinya kini ummat telah ‘kosong’ dari mereke-mereka yang mampu meneladani para muslimah salaf lagi teladan itu. Meneladani mereka dalam memperjuangkan dien Islam. Dan kalau pun ada, sangat jarang ditemui.

Ya, Ummat ini kini membutuhkan muslimah layaknya ibunda khodijah rodliyallahu ‘anha, yang siap sedia menyalurkan seluruh harta kekayaan dan tenaganya untuk perjuangan dien Islam. Di mana beliau radliyallahu ?anha bukanlah seorang muslimah yang cengeng atau pun manja lagi lemah hati.

Lihatlah, betapa beliau menghibur Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam saat wahyu pertama turun. Beliau pulalah yang menemani perjuangan Rasulullah sampai akhir hidupnya, yang tak pernah berhenti untuk mengerahkan segala yang dimilikinya untuk diserahkan pada ummat Islam kala itu.

Ya ukhtiy, adakah kita mampu berperan seperti itu untuk suami kita dalam jalan jihad ini?

Tak jarang, banyak sekali muslimah yang masih bersikap manja dan terkadang tidak mampu berdiri sendiri saat ujian kemandirian itu datang. Banyak dari mereka yang sulit untuk memahami bagaimana ‘beratnya’ arah perjuangan jihad ini.

Bahkan terkadang istri-istri mujahideen yang ditinggal pergi berjihad atau mujahideen berada dalam kurungan musuh, tak mampu menanggung beban hidup, yang pada akhirnya menyerah. MasyaAllah…

Ummatiy….ummatiy…..Kini, kita membutuhkan pula sosok muslimah seperti ibunda aisyah radliyallahu ‘anha yang mampu menjadi sumber ilmu, di mana syubhat-syubhat yang menerjang Islam dan kaum muslimin, syubhat-syubhat yang menggembosai para ikhwan untuk tidak berjihad, mampu ditukasnya dengan dalil-dalil syar’i dengan hujjah-hujjah yang nyata yang mampu membungkam para penebar syubhat.

Tak bisa dipungkiri, saat ini banyaknya celaan, cemoohan dan cacian yang menerjang kaum muslimin, terutama mujahideen yang ?diserang? oleh syubhat-syubhat dari kalangan kaum muslimin sendiri. Ironis.

Ya, ukhtiy…mampukan kita membela islam dan kaum muslimin dengan hujah-hujjah yang syar’i? Di mana terkadang baru sebatas itulah yang dapat dilakukan oleh seorang muslimah yang dirinya belum Allah sampaikan ke tanah ribath/jihad…ke tanah para syuhada…

Mampukah kita membela mereka (ikhwan mujahideen) meski hanya dengan lisan kita?

Tak hanya sebatas itu, kini ummat membutuhkan sosok muslimah seperti shafiyah (bibi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam) serta nusaibah binti ka’ab radliyallahu ‘anhuma, yang siap berada di barisan panji jihad, menghunuskan pedangnya kepada musuh-musuh Allah, di kala para ikhwan di zaman kita ini lebih banyak hanya berada di balik tirai jihad fie sabilillah. Di kala ikhwan-ikhwan ini banyak yang bermental pengecut dalam mengusung jihad fie sabilillah. Hanya mereka-mereka yang Allah berikan karunia yang mampu menggerakkan hati dan raganya ke medan jihad fie sabilillah…

Ya, kita membutuhkan sosok seperti mereka radliyallahu ‘anhuma ini. Mereka yang tak ragu menebas leher para kuffar wa thawaghit sekaligus munafiquun. Mereka yang tak nyiut di kala berhadapan dengan musuh-musuh Allah dan mujahideen serta mampu mengharidl para mujahideen untuk berjihad.

Allahumma..Kini tak jarang pula kita temui mereka-mereka (para muslimah) yang takut hanya pada seekor tikus di rumahnya, atau menjerit ketakutan kala melihat cicak. MasyaAllah…
Di manakah kalian para muslimah yang mampu mengusungkan pedang setelah pedang itu tersimpang di sarungnya?
Adakah yaa muslimah?
Sungguh amat sedikit sekali mereka-mereka yang pemberani ini?

Demikian pula, ummat ini pun membutuhkan sosok muslimah seperti khonsa’ radliyallahu ‘anha, yang rela menjadikan anak-anaknya sebagai tebusan bagi kemuliaan dien Islam dan kaum muslimin.

Betapa, kita membutuhkan sosok seperti ummahat ini, yang tak ragu menjadikan buah hatinya untuk ‘tumbal’ fie sabilillah. Sehingga para ikhwan yang berjihad tak lagi memikirkan kesedihan ibundanya yang akan kehilangan dirinya, karena tekad ummahat ini bak karang yang kuat yang berazam akan mengahntarkan semuanya kepada kesyahidan di jalanNya…

Wahai ummiy, adakah kalian memenuhinya?

Kita benar-benar membutuhkan muslimah-muslimah seperti ini. Muslimah-muslimah yang siap menjadikan segalanya sebagai tebusan bagi kemuliaan dien Islam ini.

Lalu bagaimana di zaman kita ini?

Ya ukhtiy…,tidakkah kita lihat para mujahidah di bumi jihad sana?

Tidakkah kita jumpai sosok-sosok pemberani ini di bumi checnya, somalia, afghanistan, palestin dan sederet bumi jihad lainnya?

Sungguh di zaman kita ini telah ada sosok ummu muhammad (istri syaikh abdullah azzam rahimahullah), yang mengikhlaskan suami dan anak2nya syahid–insyaAllah–di jalan jihad. Sungguh telah ada di zaman kita ini sosok ummu islambuli yang merayakan walimahan anaknya (islambuli rahimahullah) dengan hurun ‘iin (bidadari surga) sesaat setelah anaknya dihukum mati oleh pemerintahan mesir karena ‘kejahatannya’ membunuh anwar saddat sang antek salibis dan zionis!

Sungguh pula, telah ada sosok teladan mujahidan-mujahidah sejati di zaman kita ini di bumi kandahar, checnya, palestin, pakistan?tengoklah mereka sebentar saudariku, dan renungkanlah pengorbanan mereka yang besar dalam jalan jihad ini…

Sungguh di bumi-bumi jihad sana, kan kita temui sosok-sosok mujahidah yang berani, di mana keberaniannya mungkin saja dapat mengalahkan keberanian kebanyakan ikhwan-ikhwan di zaman kita sekarang ini.

Ya ukhiy….adakah kita memenuhinya?

Adakah kita mengikuti uswah-uswah tersebut?

Tidakkah kita, minimal, mengharridl suami kita, anak kita, ayah kita, kakak kita, adek laki-laki kita…agar mereka berdiri di barisan jihad fie sabilillah?

Ya ukhiy…di manakah sosok dirimu yang pemberani itu?

Wahai cucu2 khansa’, adakah kita memenuhinya??

Sumber

SEKEDAR CORETAN

Ketika JIWA ku sudah berlabuh, tersentak aku menikmatinya, sampai LANGIT pun enggan menyapa, bersama mengikuti alunan rasa yg terus mengalir, aku sepertinya terlelap. Ketika terbangun, menyadari semuanya.. Bahwa apa yang aku singgah adalah pijakan yang seharusnya tak kutapaki lebih dalam lagi, ketika semuanya sudah terbiaskan oleh kejujuran serta merta, rasanya menggapainya adalah SATU IMPIANKU.

Berlabuh bersama derita yangg kian menggebu, ada satu titik dimana semuanya akan berjalan lambat dan sangat angkuh terhadap waktu. Tiada yang salah dalam mengartikannya, tidak jua benar jika dibiarkan begitu saja, aku sudah bertanya berkali-kali kepada apa yang aku alami. Jawabannya tetap sama, hidup yang sepertinya menjadi sopir kemana aku melangkah, meski berkali-kali rehat, tetap saja aku menemukan tempat singgah yang membiuskan rasa.

Kali ini ALAM pun mulai mengikuti ketidakberdayaanku, menentang apa yg sudah digariskan mimpi, seakan semuanya tiada arti, bahwasannya hidup adalah sebuah misteri, antara hidup dan mati. Aku terpanah akan arti-arti yang kian menari diantara hidupku dan hidupnya. Semuanya terlihat semu semata, tiada ubahnya goresan penah yang entah akan habis secepatnya.

Senyumku kini terbiaskan lebih dewasa dari sebelumnya, Tuhan Maha seindah-indahnya. Keyakinan yang sepenuhnya atas hidup yang sudah ditentukan dan takdir yang menunggu akan tiba waktunya, semuanya jelas terasa, memberikan setiap goresan kenangan yang tak ingin terlupakan, aku semakin dewasa bahkan aku merasa tua terhadap bumi.

Dengan kesadaran yang berlebih akan hakekat nafas yang berhembus, tanpa disadari sedikit memberikan senyum keikhlasan di sudut manusia itu, yang tanpa tw apa-apa tentang deruhku, bahagianya adalah bahagiaku, dan kelak kebahagiaan juga akan menyertaiku. Kegelepaan ini adalah jembatan akan sebuah pencarian sinar yang sesungguhnya, dan akan terlihat cahaya yang begitu serta merta bertubi-tubi menghujam keadilan yang akan kita raih.

Kepenatan ini setidaknya menjadikan pelajaran bagi sang pemuja kehidupan, bahwasannya tiada keburukan apalagi keterpurukan, semua t’lah mengalir seperti waktu yang terus bergulir. disana ada cahaya indah, dan akan kita raih bersama-sama saat kita mampu melalui sebilas FANA’nya HIDUP.

Teman yang Tak Peduli

Awalnya tak punya teman.
Hidup di keluarga utuh dengan penuh kasih sayang dari orang tua penuh asuhan dan bimbingan. Ia lahir di keluarga sederhana tetapi….. selalu kekurangan. Dan seorang anak ini tumbuh dan tahu kehidupan berusaha mencari teman di kehidupannya. Ia cari teman karena teman takkan datang padanya. Dan ternyata hampir semua orang di lingkungannya tidak mau menerimanya. Sungguh malang benar nasibnya.

Hari berganti waktu berlalu dan ia coba ikut bermain degan anak sebayanya namun justru ia yang jadi bahan mainan anak-anak lain. Diolok-olok, dipukuli, seakan-akan ia tak pantas hidup di dunia ini. Akhirnya terpaksa ia lampiaskan sakit hatinya dan menghajar semua yang mengolok-oloknya hingga orang tua anak-anak lain turut memusuhinya. Hari esok iapun tetap tak punya teman. Tidak hanya anak seusianya bahkan orang-orang tua yang harusnya mengerti benar dan salah tak satupun membelanya dan justru membela anak mereka sendiri yang jelas-jelas salah? Keadian yang menimbulkan pertanyaan di dalam hati anak ini.

Sedangkan dalam keluarga ia selalu mendapatkan bimbingan dan arahan dari orang tua. ” Jadilah orang yang pemaaf, suka membantu, dan jadilah anak yang memiliki sopan santun anakku”, pesan yang selalu terngiang ditelinga anak ini dan menjadi patokan dalam pergaulannya. “Tetapi mengapa aku tetap dibenci dan dicaci? Pantaskah aku seperti ini atau memang aku tak pantas hidup?” pertanyaan yang selalu terbesit di benak anak ini. Kini ia tetap tidak punya teman yang tak tahu apa sebabnya.

Bertahan dalam keadaannya iapun pergi untuk mencari teman dengan mencari teman di daerah lain. Awalnya ia takut untuk maju, tetapi karena ia melihat banyak anak-anak seusianya bermain ia kembali bersemangat untuk mencari teman. Dan hasilnya tak hanya anak seusianya saja yang menjadi temannya bahkan anak yang lebih dewasa darinya juga mau jadi temannya. Dan kini ia punya teman meski jika ingin bermain besama ia harus keluar daerahnya sendiri.

Masuk Sekolah
Bertambahnya usia membuat ia harus masuk sekolah untuk mencariilmu lain yang lebih baik. Maka iapun masuk sekolah meski sebenarnya ia belum pantas. Kisahnya mencari teman kini berlanjut di bangku sekolah dengan lingkungan dan suasana yang baru juga orang-orang yang baru pula. Ia senang bertemu dengan banyak orang dan itu berarti ia akan punya teman lebih banyak lagi. Namun harapan tak sesuai dengan kenyataan, kesan pertama ia masuk sekolah adalah tatapan kebencian dari anak-anak lain yang berada satu kelas dengannya. Hingga akhirnya ia juga harus mendapat gojlokan, ia jadi bahan latihan tinju anak-anak lain dan sampai-sampai membuatnya takut untuk masuk sekolah. “Kenapa aku harus seperti ini, apa memang tak ada tempat dimana aku bisa temukan kedamaian bersama teman-teman yang selama ini kurindukan keberadaanya?”

Tahun pertamanya sekolah adalah tahun yang menakutkan baginya dimana ia harus menghadapi ancaman dan tekanan dari anak-anak sekelasnya. Setiap kali mereka jengkel atau bosan mereka pasti lampiaskan ke anak ini, apakah ini sekolah tinju ya? Namun keadaan tidak juga berubah dam membuat anak ini sakit dan tidak mau lagi sekolah sampai orang tuanya tau apa sebabnya. Esok hari Bapak datang ke sekolah dan bertemu dengan wali murid dan seluruh guru hingga kepala sekolah untuk berunding atas kejadian yang dialami anaknya. Akhirnya para wali murid mengerti kelakuan anak-anaknya dan meminta anak-anak mereka agar mau berteman dengan anak ini. Dan hari berikutnya anak inipun punya teman meski pertemanan mereka semu yang didasari rasa takut dari orang tua mereka sendiri.

Semua berlalu tanpa terasa dan kini ia sudah punya teman meski terkadang jika terjadi perselisihan diantara teman ia yang dijadikan kambing hitam. Ia terima semua karena teman adalah hartanya saat itu, dan ajaran orang tuannya yang masih terngiang di telingannya.

Setahun berlalu kini mereka menghadapi ujian kenaikan kelas dan mulai lagi mereka sedikit menjauhi anak ini. Anak ini bukan anak pintar dan tidak bias diajak kompromi saat ujian, ia tidak mau menyonyek dan tidak mau membantu temannya berbohong jika ketahuan menyontek. Akhirnya tekanan datang lagi dan membuatnya harus tinggal kelas.

Tahun berikutnya adalah tahun yang menyenangkan baginya. Meski tinggal kelas tetap tegar dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Dan saat teman baru datang di kelasnya ia senang sekali. Karena keadaan saat ini berbeda dengan keadaan dulu. Kini ia diterima teman barunya tanpa ada persaratan.
Dan di tahun yang sama ia juga melihat salah satu teman perempuan yang membuatnya bermimpi, Putri namanya. Namun sayangnya Putri kurang suka dengannya karena penampilan yang lusu, kucel, kotor, dan sering melawan jika diberitahu meski ia lakukan juga nantinya.
Bagaikan air yang mengalir di sungai yang bersih pertemanan mereka berjalan tanpa hambatan. Dan perasaan anak ini justru lain jika bertemu dengan Putri. Entah apa yang dialaminya dan kenapa ia sering mimpi bertemu dengan Putri. Rasa ingin dekat dan selalu bias bersama dengan Putri selalu menghantui.

Pada sebuah sore hati anak ini semakin senang lagi karena ternyata ia dihampiri teman-temannya untuk bermain bersama. Wah terkejutnya… saat ini kelas 4 SD keadaannya anak ini sudah punya sepeda sendiri hasil menabungnya selama ini. Yah meski tak terlalu bagus tapi lumayan bisa mengantarkan kemana saja ia mau.

Dan rombongan anak-anak itu telah tiba di tepi sungai maka rombongan dipecah dalam 2 kelompok. Kelompok pertama anak laki-laki yang bermain di bawah dekat air sungai dan kelompok kedua anak perempuan yang bermain di atas dekat pohon “talok”. Beberapa mereka bermain-main tiba-tia terdengar suara teriakan ketakutan Putri, dan anak ini dengan cepat berlari ke atas mendekati Putri. Aneh padahal anak ini adalah anak yang lemah, mudah sakit alias sakit-sakitan. “Kenapa Putri?” dan ternyata Putri merasa dikejar oleh sapi yang mengamuk. Akhirnya anak ini mencari tahu keberadaan sapi tersebut deengan menanyakan kepada orang tua yang berada di tegal. Informasi yang diterima ternyata tempat itu sering terjadi seperti itu. Maka ia mengajak semua teman-temannya untuk segera meninggalkan tempat itu karena takut kan terjadi hal yang tak diinginkan.

Teman-temannya menerimannya tanpa sarat hingga sekolah berakhir. Dan perasaan anak ini kini senang sekali dan juga telah memiliki semangat yang baru untuk terus maju menyongsong hari esok yang lebih indah.